One nation one team, slogan yang sepertinya memberikan optimisme tinggi mengenai peningkatan permainan tim nasional Indonesia dikarenakan sudah tidak adanya lagi dualisme di dalam tubuh PSSI. Harapan besar masyarakat melihat timnas lebih baik pun kembali muncul, namun apa yg terjadi? Ya, timnas kita babak belur di kualifikasi Pra Piala Asia 2015, hanya mendapatkan 1 point dari hasil imbang melawan china. Masyarakat pun kembali harus kecewa akan harapan besarnya melihat timnas senior berprestasi apalagi banyak yg membanding-bandingkan dengan timnas U-19. Namun, pandangan saya berbeda melihat kondisi timnas saat ini, saya melihat kesuksesan timnas U-19 dikarenakan mereka telah lama bermain bersama dan tidak pernah gonta-ganti pelatih, jika kita mau belajar melihat keberhasilan timnas U-19 apakah PSSI bisa bersabar dan memberikan kesempatan kepada pelatih timnas yang baru nanti waktu lebih lama untuk menangani timnas? Saya pikir pelatih baru nanti perlu diberikan kesempatan 3 hingga 5 tahun kontrak untuk melatih tim nasional kita, jangan setiap turnamen lalu kalah pelatih langsung di ganti, tentu hal tersebut juga harus diiringi dengan pemilihan pelatih timnas yang tepat.
Jika sistem seperti itu terus di lanjutkan oleh PSSI, saya kira hanya mimpi di siang bolong timnas berprestasi bahkan untuk ukuran asia tenggara saja, belajarlah dari singapura bagaimana mereka memberikan kepercayaan kepada pelatihnya Radojko Abramovich, Jika di eropa lihat lah bagaimana Manchester United bersabar menunggu gelar pertama dari seorang Alex Ferguson yang tidak di dapat dengan instan. Intinya sepakbola berprestasi bukan lah di dapat dengan instan karena semua butuh proses dan pematangan. sekian tulisan saya mengenai timnas Indonesia yang kita cintai.
Comments
Post a Comment